Selasa, 12 April 2016

Fungsi Kaligrafi

Fungsi Kaligrafi Islam pada prinsipnya dibagi menjadi dua bagian, yaitu sebagai media komuniksi dan media ekspresi.
1.      Media Komunikasi
Sebagai media komunikasi, tulisan dijadikan sebagai alat untuk menyampaikan pesan, dari seseorang ke orang lain dari komunikan ke receiver (penerima). Melalui  tulisan, orang bisa menuangkan ide-ide dan buah pikirannya. Dengan tulisan, kita dapat mengetahui karakter seseorang, misalnya: pemarah, penyabar, ulet, atau orang yang tekun.
Tulisan yang kecil-kecil, teratur dan halus mengidentifikasikan keuletan dan ketelitian penulisnya. Tulisan yang besar-besar dan tidak teratur bisa diartikan sebagai suatu ketergesa-gesaan. Sehubungan dengan itu Muhammad Thahir Ibnu  Abdal  Kadir al Kurdi menyatakan bahwa, tulisan dapat menggambarkan postur tubuh seseorang, misalnya tulisan dengan susunan pendek dan rapat cenderung ditulis oleh orang berpostur tubuh pendek. Demikian pula orang yang tinggi cenderung menulis secara jarang dan tinggi pula. Bahkan seseorang yang peka melihat sebuah tulisan dapat membedakan antara  tulisan pria dan wanita, tulisan wanita lelih molek dari tulisan pria yang setara. Namun pada kenyataannya  tidak banyak wanita yang ahli kaligrafi, wanita biasanya tidak tahan menghadapi kesulitan, berbeda dengan pria yang biasanya lebih tabah, tekun, dan sabar.
Tulisan dapat pula dijadikan sebagai data pelacakan sebagaimana halnya tangan tangan, yang dapat menginformasikan siapa gerangan penulisnya. Seperti juga dengan sidik jari, tiada dua orang yang memiliki tulisan yang sama persis, sekalipun mereka itu saudara kembar.
Sebagai media komunikasi, aksarindah Islam dituntut kejelasan tulisan, huruf demi huruf, agar dapat dibaca dengan jelas sesuai dengan yang dimaksudkan oleh penulisnya.
2.      Media Ekspresi
Aksarindah Islam dapat pula dijadikan sebagai media ekspresi. Hal itu dibuktikan oleh beberapa pelukis papan atas Indonesia seperti: Ahmad Sadali, A. D. Pirous, Amri Yahya, Amang Rahman, HD. Sirojuddin AR, Abay D. Sabarna, Saiful Adnan, Abas Alibasyah, Fadjar Sidik, dan yang lainnya, termasuk maestro seni lukis Indonesia Affandi pernah juga membuat kaligrafi Islam. Walau itu adalah lafadz “Allah” yang ditempatkan di sisi atas bidang kanvasnya digabungkan dengan lukisan potret diri Affandi yang khas.
Sebagaimana media ekspresi lainnya, aksarindah yang ditorehkan di atas bidang kanvas tidak berhenti pada tulisan saja. Lebih dari itu mendapatkan tambahan elemen-elemen seni rupa pada umumnya, seperti elemen warna, tektur  dan garis. Pengaturan komposisi, irama, dan gelap terang. Unity atau kesatuan baik antara kesatuan elemen seni rupa, maupun  kesatuan tema, juga  mendapat perhatian dalam karya seni aksarindah Islam.
Sehubungan dengan itu, menurut A.D Pirous dalam buku karangan Ilham Khoiri R., “Al-quran dan Kaligrafi Arab”, menyatakan bahwa ketika kaligrafi itu dituliskan dengan tambahan emosi yang melebihi proporsinya sebagai alat komunikasi, maka ia akan memiliki proses tambah. Kaligrafi bisa menjadi karya yang memendam estetika yang mendalam. Sebagai karya seni bentuk kaligrafi akan terus berkembang dan tidak pernah selesai.
Sebagai seorang Muslim yang taat ada semacam keasyikan tersendiri yang dirasakan sewaktu menggoreskan Kalam Ilahi atau Sunnatan Nabi di dalam berkarya. Lebih khusuk lagi kalau itu sudah sampai ke nilai ibadah secara transendental. Setiap berkarya yang diniatkan sebagai ibadah membuat hati menjadi tenang tenteram dan tentunya diyakini mendapat pahala. Dampaknya adalah akan tercermin dalam setiap karya yang dihasilkan. Bagaimana pun juga setiap karya seni rupa (termasuk karya Aksarindah Islam) merupakan ekspresi atau ungkapan perasaan yang dalam dari pelukis atau aksarindernya.
Karya aksarindah Islam sudah mulai marak di tanah air, dan sudah digandrungi oleh perupa-perupa Muslim pada dasawarsa terakhir ini. Dan mulai diperhitungkan sebagai suatu karya seni rupa kontemporer sering dipamerkan baik dalam pameran bersama, maupun tunggal. Di forum Nasional ikut dilombahkan pada MTQ Nasional atau pada acara Hari-Hari Besar Islam, di tingkat Asean selalu diadakan peraduan Menulis Khat di Brunei Darussalam dan lomba tingkat internasional diadakan di Turki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar