Dari penjelasan diatas, apa yang mereka sebut sebagai jenis jenis
kaligrafi itu, sebenarnya bukan jenis jenis yang betul betul memiliki
karakteristik sendiri. Banyak bentuk yang mirip satu sama lain, sehingga
bisa dimasukkan dalam satu kategori saja. Maka pada perkembangan
selanjutnya, secara alami, ada nama nama jenis kaligrafi yang unggul dan
digunakan sampai sekarang, ada juga yang pelan pelan dilupakan orang.
Jenis jenis kaligrafi tersebut pada akhirnya menjadi paten dan memiliki kaidah kaidah masing masing. Jenis jenis kaligrafi tersebut yang masih dikenal pada masa kini antara lain :
Kufi asli memiliki ciri ciri tidak bertitik, dan tidak bersyakal serta dibiarkan asli tanpa hiasan. Sedangkan Kufi yang sudah berkembang, banyak mengambil bentuk bentuk yang lebih beragam, dan banyak digunakan dalam karya karya arsitektur, untuk menghiasi masjid, makam, dan istana raja raja.
Untuk contoh contoh kaligrafi Kuufi lebih banyak, silahkan baca : 25 Contoh Kaligrafi Kufi
Kaligrafi jenis Naskhi ini biasanya diajarkan pertama kali sebelum mempelajari yang lain. Perlu latihan tekun dan banyak pengulangan untuk benar benar menguasainya.
Untuk contoh contoh kaligrafi Naskhi lebih banyak, silahkan baca : 25 Contoh Terbaik Kaligrafi Naskhi
Riq'ah atau ruq'ah adalah tulisan yang sangat indah, tetapi sangat
sederhana dan mudah dipelajari. Rata rata khattaat menguasai tulisan
gaya ini. Hanya saja, karena watak tulisannya yang bisa ditorehkan
dengan cepat, kaligrafi ini jarang benar benar diberikan roh sebagai
sebuah karya seni.
Yang pertama meletakkan kaidah kaidahnya adalah Musytasyar Mumtaz Bik seorang pengajar kaligrafi Sultan Abdul Majid Khan seorang raja Dinasty Usmani pada tahun 1280 H. Kemudian kaidah kaidahnya disempurnakan oleh Muhammad Izzat At-Turky. Ciri khas riq'ah adalah tidak menggunakan harokat dan hiasan. Berikut ini contohnya :
Enam Ragam tulisan ini adalah jenis jenis Kaligrafi Islam yang merupakan
yang paling populer sehingga disebut kaligrafi utama atau pilar utama
kaligrafi. Pembagian kaligrafi menjadi 6 ini adalah yang dipegangi oleh
banyak orang. Sebenarnya ada juga yang menambahkan 'kaligrafi ijazah'
sebagai jenis ke 7, ada juga yang mengeluarkan "kaligrafi Farisi" dari
jenis kaligrafi utama karena dianggap bukan asli Arab.
Jenis jenis kaligrafi tersebut pada akhirnya menjadi paten dan memiliki kaidah kaidah masing masing. Jenis jenis kaligrafi tersebut yang masih dikenal pada masa kini antara lain :
1. Kufi
Adalah jenis tulisan kaligrafi tertua yang dikenal dalam Islam. Dengan
tulisan Kufi ini Al-Qurán pertama kali ditulis (dengan kufi sederhana
yang disebut kufi masohif). Ciri utamanya adalah torehannya kaku
bersudut, karena mulanya memang ditorehkan dengan pisau diatas tulang,
batu batu, atau pelepah kurma.
Nama Kufi diambil dari nama kota Kufah di Irak, kota yang dibangun oleh
Khalifah Umar bin Al-Khattab. Kaligrafi Kufi kemudian berkembang menjadi
sangat indah pada masa Daulah Abbasiyah, dengan memasukkan unsur unsur
hiasan dan ornamen khas kedalamnya.
Kufi asli memiliki ciri ciri tidak bertitik, dan tidak bersyakal serta dibiarkan asli tanpa hiasan. Sedangkan Kufi yang sudah berkembang, banyak mengambil bentuk bentuk yang lebih beragam, dan banyak digunakan dalam karya karya arsitektur, untuk menghiasi masjid, makam, dan istana raja raja.
Kufi Karya Jamal Isa al-Kabbasyi berbunyi : wa min haitsu kharajta fa walli wajhaka syatrol masjidil harom...(al Baqarah : 150) |
2. Naskhi
Jenis Tulisan ini muncul pada akhir abad ke 5 Hijriyah. Ini adalah jenis
kaligrafi modifikasi dari tulisan Kufi dengan bentuk yang lebih lentur.
Ia muncul mengiringi maraknya penulisan buku dan Al-Quran. Karena itu
ia disebut "naskh" yang berarti naskah. Karena secara luas digunakan
untuk "naskh al-Quran". Pada awal kemunculannya, jenis kaligrafi ini
disebut "badi' " . Kaidah kaidah kaligrafi ini di sempurnakan oleh al-
Wazir Ibnu Muqlah.
Kaligrafi Naskhi ini memiliki karakteristik lembut, dan jelas dibaca.
Apalagi bila kemudian diberi syakal dan titik. Naskhi tidak digunakan
dalam bentuk "tarkib" (bertumpuk tumpuk seperti halnya Tsuluts),
melainkan datar mengikuti garis. Pada masa belakangan, gaya naskhi
menjadi tulisan baku untuk buku buku dan karya karya ilmiyah (termasuk
untuk penulisan menggunakan mesin cetak dan komputer).
Kaligrafi jenis Naskhi ini biasanya diajarkan pertama kali sebelum mempelajari yang lain. Perlu latihan tekun dan banyak pengulangan untuk benar benar menguasainya.
Naskhi berisi ucapan ucapan Ali r.a ketika menceritakan sifat sifat Nabi SAW |
Untuk contoh contoh kaligrafi Naskhi lebih banyak, silahkan baca : 25 Contoh Terbaik Kaligrafi Naskhi
3. Farisi / Nastaliq
Disebut FARISI karena ia muncul dan populer dinegeri negeri Persia
(Farsi). Disebut TA'LIQ, karena cara penulisannya seperti gaya penulisan
catatan kaki yang lazimnya miring kebawah dari kanan kekiri. Disebut
NASTALIQ karena fungsinya mirip dengan Naskhi yaitu sebagai tulisan
standar bagi buku buku pengetahuan (sampai hari ini buku buku
pengetahuan berbahasa Persia dan website website mereka masih
menggunakan Farisi disamping Sikasteh). Jadi Nasta'liq adalah gabungan
dari kata Naskh dan Ta'liq.
Untuk menguasai tulisan ini pun sangat sulit dan perlu latihan yang banyak. Kadang kadang diperlukan dua mata pena untuk menuliskannya karena satu huruf memiliki ketebalan yang berbeda. Para Ustadz kaligrafi berkata :
25 Contoh Kaligrafi Farisi Terbaik
Untuk menguasai tulisan ini pun sangat sulit dan perlu latihan yang banyak. Kadang kadang diperlukan dua mata pena untuk menuliskannya karena satu huruf memiliki ketebalan yang berbeda. Para Ustadz kaligrafi berkata :
"Siapa yang belum menguasai kaligrafi Farisi dan Tsulutsy, maka ia belum disebut khattat".Berikut ini contoh Farisi :
25 Contoh Kaligrafi Farisi Terbaik
4. Tsulus
Ini adalah jenis kaligrafi yang paling gagah, mewah dan elegan.
Sebagaimana dikatakan, tsuluts menjadi syarat bagi seseorang untuk
digelari "khattaat", karena memang sangat sulit mempelajarinya. Kaligrafi tsuluts dibagi 2 :
- Tsuluts 'aady atau tsuluts biasa. Ditulis menggunakan pena berukuran minimal 4 mm, ditulis dengan gaya biasa, jarang dibuat menjadi bentuk bentuk yang rumit.
- Tsuluts jaliy ditulis dengan pena berukuran dua kali lipat tsuluts biasa, dan sering dikreasikan dalam bentuk bentuk yang rumit. Misalnya bentuk murokkab (bersusun susun), model ma'kus atau mutanadzir (berpantulan), dan bentuk bentuk binatang.
|
Tsuluts Jaliy (Jaliy Tsuluts) karya Dawud Bektasy dibentuk murokkab (bertumpuk tumpuk) berbunyi : maa kaana Muhammadun abaa ahadin min rijalikum...) |
![]() |
Tsuluts jaliy ma'kus (berpantulan) karya Hasyim Muhammad berbunyi : "wamaa utitum minal ilmi illa qalilan". |
Lihat contoh lebih banyak di 25 Contoh Kaligrafi Tsuluts Terbaik
5. Diwany
Jenis Kaligrafi ini sempat menjadi tulisan yang dirahasiakan oleh Daulah
Usmaniyah karena keindahannya. Selanjutnya, setelah Sultan Muhammad Al
Fatih berhasil menaklukkan Konstantinopel tahun 857 H, penggunaan Diwany
mulai dipublikasikan meski terbatas pada penulisan diwan diwan resmi
(pembukuan dokumen) Kerajaan Usmaniyah. Dan dari situlah jenis kaligrafi
ini memperoleh namanya.
Sering disebutkan, bahwa yang pertama kali meletakkan kaidah kaidah Diwany adalah Ibrahim Munif At Turki. Selanjutnya Diwany memiliki tiga aliran gaya yaitu : gaya Turki, gaya Mesir, dan gaya Baghdad. Keindahan Diwany terletak pada keluwesannya dan banyak menggunakan huruf huruf memutar.
Diwany memiliki kreasi selanjutnya yang disebut diwany jaliy.
Sebagian besar bentuk hurufnya mirip dengan diwany biasa, hanya saja
hiasannya lebih "ramai". Juga dibedakan dengan adanya mahkota mahkota di
kepala kepala hurufnya. Penulisannya juga menggunakan pena berukuran
lebih besar dan biasanya menggunakan 2 mata pena : pena besar untuk
tulisan dan pena kecil untuk hiasan.
Diwani Jaly meskipun mengambil nama "diwani", ia harus dianggap sebagai jenis kaligrafi tersendiri karena bentuknya berbeda dengan diwani biasa. Hanya saja kebanyakan kaligrafer dan para peneliti, tidak menjadikan diwani jali sebagai jenis tersendiri karena dikembangkan oleh orang yang sama yang mengembangkan diwani biasa, antara lain Gazlan Bik. Berikut contoh dan diwani jaliy :
Lihat contoh contoh lebih banyak di 25 contoh kaligrafi diwani jali
Sering disebutkan, bahwa yang pertama kali meletakkan kaidah kaidah Diwany adalah Ibrahim Munif At Turki. Selanjutnya Diwany memiliki tiga aliran gaya yaitu : gaya Turki, gaya Mesir, dan gaya Baghdad. Keindahan Diwany terletak pada keluwesannya dan banyak menggunakan huruf huruf memutar.
Diwany karya Taj Sirr Sayyid Ahmad. Isinya hadis nabi : ayyuhan-naas inna lakum maálima fantahuu ilaa málimikum...dst |
Diwani Jaly meskipun mengambil nama "diwani", ia harus dianggap sebagai jenis kaligrafi tersendiri karena bentuknya berbeda dengan diwani biasa. Hanya saja kebanyakan kaligrafer dan para peneliti, tidak menjadikan diwani jali sebagai jenis tersendiri karena dikembangkan oleh orang yang sama yang mengembangkan diwani biasa, antara lain Gazlan Bik. Berikut contoh dan diwani jaliy :
Diwani Jali indah sekali karya Jalal Amin Solih berisi kutipan hadis : "kalimatani khofifatani alal-lisan tsaqilatani fil mizan...dst". |
Lihat contoh contoh lebih banyak di 25 contoh kaligrafi diwani jali
6. Riq'ah
Yang pertama meletakkan kaidah kaidahnya adalah Musytasyar Mumtaz Bik seorang pengajar kaligrafi Sultan Abdul Majid Khan seorang raja Dinasty Usmani pada tahun 1280 H. Kemudian kaidah kaidahnya disempurnakan oleh Muhammad Izzat At-Turky. Ciri khas riq'ah adalah tidak menggunakan harokat dan hiasan. Berikut ini contohnya :
Riqáh Karya Abdurrahman Yusuf Hamid. Berisi petikan hadis nabi tentang sayyidul istighfar. |
--oo0oo--
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN KALIGRAFI
Ungkapan Kaligrafi berasal dari kata latin “Kalios”
yang berarti indah, dan kata “graph” yang berarti tulisan atau aksara.
Arti seutuhnya dari kaligrafi adalah ilmu yang memperkenalkan bentuk-bentuk
huruf tunggal, letak-letaknya dan cara-cara penerapannya menjadi sebuah tulisan
yang tersusun. Kaligrafi merupakan seni arsitektur rohani, yang dalam proses
penciptaannya melalui alat jasmani. Kaligrafi atau khath,
dilukiskan sebagai kecantikan rasa, penasehat pikiran, senjata pengetahuan,
penyimpan rahasia dan berbagai masalah kehidupan.[1]
Ada beberapa teori tentang awal mula Sejarah
munculnya kaligrafi, diantaranya sebagai berikut:
1.
Teori Taufiqi
Munculnya teori ini bersumber dari penafsiran terhadap sumber-sumber
islam yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah. Teori ini mengungkapkan bahwa bahasa Arab
adalah pemberian dari Allah SWT (Taufiqi) kepada Nabi Adam A.S dan Nabi-nabi
lainnya.[2]
Menurut
Muhamad Ibn Yahya As-Suli dalam kitabnya Adab al-Kitab, ia mengambil
riwayat dari Ka’ab bin al-Akhbar, Ibnu Abbas dan Ibnu Faris bahwa yang mebuat
tulisan Arab, Suryani dan jenis tulisan lainnya adalah Nabi Adam As. ia
menulisnya diatas tanah dan memahatnya. Ketika bumi tenggelam karena banjir
Di dalam al-Qur’an, dalil yang digunakan adalah pada Q.S. al-‘Alaq ayat 1-5
dan Q.S. al-Qalam ayat 1. Di dalam kedua surat tersebut disebutkan
kata-kata iqra’ (bacalah)
dan al-qalam (pena), yang
menunjukkan bahwa kemampuan membaca dan menulis adalah pemberian dari Allah
SWT.[3]
2.
Teori Selatan
Menurut teori ini, bahasa Arab bersumber dari masyarakat Himyar
di wilayah Yaman, sebelah selatan Jazirah Arab.
Bahasa ini berkembang seiring dengan luasnya wilayah negeri Saba’ dan Himyar.
Namun tidak ada bukti fisik yang dijadikan rujukan, tetapi statemen para pelaku sejarah yang
ditulis oleh para pakar Islam. Misalnya oleh al-Qalqasyandi: Dikatakan di hadapan
Abu Sufyan bin Umayyah, paman Abu Sufyan bin Harb,
awal munculnya tulisan adalah dari Yaman.[4]
Ibnu
Khaldun memperkuat pendapat teori ini dalam Muqaddimah, bahwa khat Arab
yang pertama dikenal adalah khat Himyari dan kemudian tersebar ke Hirah, Tha’if
dan Quraisy.[5]
3.
Teori Utara
Teori
ini juga
menganggap bahwa tulisan
Arab bukan semata- mata pemberian langsung dari Allah swt., tetapi proses perkembangan yang dilakukan oleh manusia sendiri. Teori ini disebut juga dengan teori Hirah. Teori ini didukung
oleh data-data fisik yang berupa batu ukiran
dengan tulisan model Nabati.
Teori ini didasarkan atas riwayat Ibn Abbas bin Hisyam tentang cerita al-Balazari
mengenai tiga orang dari kaum Thay’ di Baqqah, Maramir bin Murrah,
Aslam bin Sadrah, dan’Amir bin Jadrah. Mereka mengukir huruf hijaiyah dengan
model tulisan Suryani, Balok dan Latin.[6]
4. Teori Baru
Teori ini banyak digunakan oleh kalangan peneliti. Menurut teori ini,
tulisan Arab berasal dari al-Anbat (Nabatea). Mereka adalah masyarakat
Arab yang berada dibawah pengaruh peradaban dan budaya Aramic. Dimana
bahasa yang digunakan adalah perpaduan antara bahasa Arab dan bahasa Aram.
Pusat pemerintahannya berada di Batrah. Oleh karena itu tulisannya
disebut tulisan Aram.[7]
B. Perkembangan Kaligrafi
1. Pada Masa Pra Islam
Pada
masa pra-Islam, pengembangan tulisan mulai dari model tulisan sederhana hingga
sampai pada model simbolis. Berikut adalah masa perkembangannya:
I.
Masa tulisan gambar
Pada masa ini, tulisan berupa gambar yang disadur dari
alam dan memiliki arti sesuai dengan gambar tersebut.
Misalnya: gambar
batu, artinya memang batu. Tidak ada arti lain yang lebih luas atau berbeda dari gambarnya.
II.
Masa tulisan simbol arti
Pada masa ini, tulisan adalah berupa gambar yang disadur dari alam, tetapi gambar tersebut memiliki arti yang lebih luas dan berbeda
dari gambar semestinya. Misalnya: gambar matahari
sebagai
lambing siang
hari atau
terang. Akan tetapi gambar tersebut
bukan berupa lambang bunyi yang dijadikan sebagai alat komuniasi verbal.
2. Masa Rasulullah SAW dan Khulafa’
al-Rasyidin.
Pada masa Rasulullah saw, masyarakat Arab sudah
memiliki tulisan
sendiri meskipun
masih sangat sederhana, yakni dengan model Kufi klasik yang tidak memiliki penanda vokal (syakal) dan pembeda konsonan (jumlah dan posisi titik pada
huruf yang sama). Selain itu,
masih
belum
di kenal penanda kalimat yang berupa titik, koma,
ataupun hiasan
tulisan.
3. Pada Masa Periode Bani Umayyah
Pada
Masa ini mulai muncul “Nuqthah” atau titik dalam huruf untuk membedakan
satu huruf dengan yang lainnya. Dan “Syakal” atau baris untuk
mempermudah pelafalan bunyi konsonan huruf.[9]
Pada
masa ini telah muncul gaya-gaya penulisan khat diantaranya mudawwar (bundar),
mutsallats (segitiga), dan ti’im (kembar). dari tiga gaya
tersebut muncul berbagai variasi tulisan seperti mail (miring), Masyq
(membesar), Naskh (inskriptif), dan Khufi. Dari beberapa
variasi tersebut Naskh dan Khufi adalah model variasi yang paling
banyak diminati dan berkembang menjadi menjadi model-model lain.
Diantara
kaligrafer Bani Umayyah yang paling termashyur
mengembangkan tulisan kursif adalah Qutbah al-Muharrir. Ia menemukan empat
tulisan yaitu Thumar, Jalil, Nisf danTsuluts. Keempat tulisan ini
saling melengkapi antara satu gaya dengan gaya lain sehingga menjadi lebih
sempurna. Tulisan Thumar yang berciri tegak lurus ditulis dengan pena besar
pada tumar-tumar (lembaran penuh, gulungan kulit atau kertas) yang
tidak terpotong. Tulisan ini digunakan untuk komunikasi tertulis para khalifah
kepada amir-amir dan penulisan dokumen resmi istana. Sedangkan tulisan Jalil yang berciri miring
digunakan oleh masyarakat luas.
4.
Pada
Masa Periode Bani Abbasiyyah
Gaya
dan teknik menulis kaligrafi semakin berkembang terlebih pada periode ini
semakin banyak kaligrafer yang lahir, diantaranya Ad-Dahhak
ibn 'Ajlan yang
hidup pada masa Khalifah Abu Abbas As-Shaffah (750-754 M) dan Ishaq
ibn Muhammad pada
masa Khalifah al-Manshur (754-775) dan al-Mahdi (775-786). Ishaq memberikan
kontribusi yang besar bagi pengembangan tulisan Tsuluts dan Tsulutsain dan mempopulerkan
pemakaiannya.
Adapun
kaligrafer periode Bani
Abbasiyah yang
tercatat sebagai nama besar adalah Ibnu Muqlah. Ibnu Muqlah berjasa besar
bagi pengembangan tulisan kursif karena penemuannya yang spektakuler tentang
rumus-rumus geometrikal pada kaligrafi yang terdiri dari tiga unsur kesatuan
baku dalam pembuatan huruf yang ia tawarkan yaitu: titik, huruf
alif, dan lingkaran. Menurutnya setiap huruf
harus dibuat berdasarkan ketentuan ini dan disebut al-Khat
al-Mansub (tulisan
yang berstandar). Ia juga mempelopori pemakaian enam macam tulisan pokok (al-Aqlam
as-Sittah) yaitu Tsuluts,
Naskhi, Muhaqqaq, Raihani, Riqa' dan Tauqi' . Tulisan Naskhi dan Tsuluts menjadi populer
dipakai karena usaha Ibnu Muqlah yang akhirnya bisa menggeser dominasi khat Kufi.
Selain
Ibnu Muqlah, Khalid bin Abi Hiyaj adalah salah satu kaligrafer yang
terkenal pada masa ini. Ia berjasa dalam penulisan mushaf pada masa permulaaan.[10]
5. Perkembangan Kaligrafi di Indonesia
Di Indonesia, kaligrafi merupakan
bentuk seni budaya Islam yang pertama kali ditemukan, bahkan ia menandai
masuknya Islam di Indonesia. Ungkapan rasa ini bukan tanpa alasan karena
berdasarkan hasil penelitian tentang data arkeologi kaligrafi Islam yang
dilakukan oleh Prof. Dr.
Hasan Muarif Ambary,
kaligrafi gaya kufi telah berkembang pada abad ke-11, datanya ditemukan pada
batu nisan makam Fatimah binti Maimun di Gresik (wafat 495 H/ 1082 M) dan
beberapa makam lainnya dari abad-abad ke-15. Bahkan diakui pula sejak
kedatangannya ke Asia Tenggara dan Nusantara, disamping dipakai untuk penulisan
batu nisan [ada makam-makam, huruf arab tersebut (baca: kaligrafi) memang juga
banyak dipakai untuk tulisan-tulisan materi pelajaran, catatan pribadi,
undang-undang, naskah perjanjian resmi dalam bahasa setempat, dalam mata uang
logam, stempel, kepala surat dan sebagainya. Huruf Arab yang dipakai dalam
bahasa setempat tersebut diistilahkan dengan huruf Arab
Melayu, Arab Jawa atau Arab
Pegon.
Pada abad XVIII-XX, kaligrafi
beralih menjadi kegiatan kreasi seniman Indonesia yang diwujudkan dalam aneka
media seperti kayu, kertas, logam, kaca dan media lainnya. Termasuk juga untuk
penulisan mushaf-mushaf al-Qur'an tua dengan bahan kertas deluangdan kertas
murni yang diimpor. Kebiasaan menulis al-Qur'an telah banyak dirintis oleh para
ulama besar di pesantren-pesantren smenjak abad ke-16, meskipun tidak semua
ulama dan santri yang piawai menulis kaligrafi dengan indah dan benar. Amat
sulit mencari seorang khattat yang ditokohkan di penghujung abad
ke-19 atau awal abad ke-20, karena tidak ada guru kaligrafi yang mumpuni dan
tersedianya buku-buku pelajaran yang memuat kaidah penulisan kaligrafi. Buku
pelajaran tentang kaligrafi pertama kali baru keluar sekitar 1961 karangan Muhammad
Abdur Muhili berjudul "Tulisan Indah" serta karangan Drs. Abdul
Karim Husein berjudul "Khat, Seni Kaligrafi: Tuntunan Menulis Halus Huruf
Arab" tahun
1971.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar