Selasa, 12 April 2016

Jenis-jenis Kaligrafi

Dari penjelasan diatas, apa yang mereka sebut sebagai jenis jenis kaligrafi itu, sebenarnya bukan jenis jenis yang betul betul memiliki karakteristik sendiri. Banyak bentuk yang mirip satu sama lain, sehingga bisa dimasukkan dalam satu kategori saja. Maka pada perkembangan selanjutnya, secara alami, ada nama nama jenis kaligrafi yang unggul dan digunakan sampai sekarang, ada juga yang pelan pelan dilupakan orang.

Jenis jenis kaligrafi tersebut pada akhirnya menjadi paten dan memiliki kaidah kaidah masing masing. Jenis jenis kaligrafi tersebut yang masih dikenal pada masa kini antara lain :

1.  Kufi

Adalah jenis tulisan kaligrafi tertua yang dikenal dalam Islam. Dengan tulisan Kufi ini Al-Qurán pertama kali ditulis (dengan kufi sederhana yang disebut kufi masohif). Ciri utamanya adalah torehannya kaku bersudut, karena mulanya memang ditorehkan dengan pisau diatas tulang, batu batu, atau pelepah kurma.
Nama Kufi diambil dari nama kota Kufah di Irak, kota yang dibangun oleh Khalifah Umar bin Al-Khattab. Kaligrafi Kufi kemudian berkembang menjadi sangat indah pada masa Daulah Abbasiyah, dengan memasukkan unsur unsur hiasan dan ornamen khas kedalamnya. 

Kufi asli memiliki ciri ciri tidak bertitik, dan tidak bersyakal serta dibiarkan asli tanpa hiasan. Sedangkan Kufi yang sudah berkembang, banyak mengambil bentuk bentuk yang lebih beragam, dan banyak digunakan dalam karya karya arsitektur, untuk menghiasi masjid, makam, dan istana raja raja. 
Kuufi
Kufi Karya Jamal Isa al-Kabbasyi berbunyi : wa min haitsu kharajta
fa walli wajhaka syatrol masjidil harom...(al Baqarah : 150)
Untuk contoh contoh kaligrafi Kuufi lebih banyak, silahkan baca :  25 Contoh Kaligrafi Kufi


2.   Naskhi

Jenis Tulisan ini muncul pada akhir abad ke 5 Hijriyah. Ini adalah jenis kaligrafi modifikasi dari tulisan Kufi dengan bentuk yang lebih lentur. Ia muncul mengiringi maraknya penulisan buku dan Al-Quran. Karena itu ia disebut "naskh" yang berarti naskah. Karena secara luas digunakan untuk "naskh al-Quran". Pada awal kemunculannya, jenis kaligrafi ini disebut "badi' " . Kaidah kaidah kaligrafi ini di sempurnakan oleh al- Wazir Ibnu Muqlah.
Kaligrafi Naskhi ini memiliki karakteristik lembut, dan jelas dibaca. Apalagi bila kemudian diberi syakal dan titik. Naskhi tidak digunakan dalam bentuk "tarkib" (bertumpuk tumpuk seperti halnya Tsuluts), melainkan datar mengikuti garis. Pada masa belakangan, gaya naskhi menjadi tulisan baku untuk buku buku dan karya karya ilmiyah (termasuk untuk penulisan menggunakan mesin cetak dan komputer). 

Kaligrafi jenis Naskhi ini biasanya diajarkan pertama kali sebelum mempelajari yang lain. Perlu latihan tekun dan banyak pengulangan untuk benar benar menguasainya.
kaligrafi naskh mudawwar
Naskhi berisi ucapan ucapan Ali r.a ketika menceritakan sifat sifat Nabi SAW

Untuk contoh contoh kaligrafi Naskhi lebih banyak, silahkan baca :  25 Contoh Terbaik Kaligrafi Naskhi


3.   Farisi / Nastaliq

Disebut FARISI karena ia muncul dan populer dinegeri negeri Persia (Farsi). Disebut TA'LIQ, karena cara penulisannya seperti gaya penulisan catatan kaki yang lazimnya miring kebawah dari kanan kekiri. Disebut NASTALIQ karena fungsinya mirip dengan Naskhi yaitu sebagai tulisan standar bagi buku buku pengetahuan (sampai hari ini buku buku pengetahuan berbahasa Persia dan website website mereka masih menggunakan Farisi disamping Sikasteh). Jadi Nasta'liq adalah gabungan dari kata Naskh dan Ta'liq.

Untuk menguasai tulisan ini pun sangat sulit dan perlu latihan yang banyak. Kadang kadang diperlukan dua mata pena untuk menuliskannya karena satu huruf memiliki ketebalan yang berbeda. Para Ustadz kaligrafi berkata :
 "Siapa yang belum menguasai kaligrafi Farisi dan Tsulutsy, maka ia belum disebut khattat".
 Berikut ini contoh Farisi  :

Kaligrafi Farisi berbunyi
kullu ilmin laisa fil qirthasi dhoo'   --  kullu syarrin jaawazal isnaini syaa'
"semua ilmu, yang tidak ditulis dikertas akan hilang  --  Semua kejahatan yang terulang dua kali akan tersiar "
Untuk contoh contoh lebih banyak silahkan baca :  25 Contoh Kaligrafi Farisi Terbaik


4.   Tsulus

Ini adalah jenis kaligrafi yang paling gagah, mewah dan elegan. Sebagaimana dikatakan, tsuluts menjadi syarat bagi seseorang untuk digelari "khattaat", karena memang sangat sulit mempelajarinya. Kaligrafi tsuluts dibagi 2 :

  • Tsuluts 'aady atau tsuluts biasa. Ditulis menggunakan pena berukuran minimal 4 mm, ditulis dengan gaya biasa, jarang dibuat menjadi bentuk bentuk yang rumit. 
  • Tsuluts jaliy ditulis dengan pena berukuran dua kali lipat tsuluts biasa, dan sering dikreasikan dalam bentuk bentuk yang rumit. Misalnya bentuk murokkab (bersusun susun), model ma'kus  atau mutanadzir (berpantulan), dan bentuk bentuk binatang.
Tsuluts biasa dan tsuluts jaly, tidak memiliki banyak perbedaan. Hanya ukuran pena saja yang membedakan keduanya. Karena itu tsuluts jali masih dianggap bagian dari tsuluts.

Tsuluts áady karya Usman Ozcay berisi maqolah tentang mencintai Allah
Tsuluts Jaliy (Jaliy Tsuluts) karya Dawud Bektasy dibentuk murokkab
(bertumpuk tumpuk) berbunyi : maa kaana Muhammadun abaa ahadin min rijalikum...)
Tsuluts jaliy ma'kus (berpantulan) karya Hasyim Muhammad berbunyi :
"wamaa utitum minal ilmi illa qalilan".
Lihat contoh lebih banyak di  25 Contoh Kaligrafi Tsuluts Terbaik



5.   Diwany

Jenis Kaligrafi ini sempat menjadi tulisan yang dirahasiakan oleh Daulah Usmaniyah karena keindahannya. Selanjutnya, setelah Sultan Muhammad Al Fatih berhasil menaklukkan Konstantinopel tahun 857 H, penggunaan Diwany mulai dipublikasikan meski terbatas pada penulisan diwan diwan resmi (pembukuan dokumen) Kerajaan Usmaniyah. Dan dari situlah jenis kaligrafi ini memperoleh namanya.

Sering disebutkan, bahwa yang pertama kali meletakkan kaidah kaidah Diwany adalah Ibrahim Munif At Turki. Selanjutnya Diwany memiliki tiga aliran gaya yaitu : gaya Turki, gaya Mesir, dan gaya Baghdad. Keindahan Diwany terletak pada keluwesannya dan banyak menggunakan huruf huruf memutar.


Diwani
Diwany karya Taj Sirr Sayyid Ahmad.
Isinya hadis nabi : ayyuhan-naas inna lakum maálima fantahuu ilaa málimikum...dst
Diwany memiliki kreasi selanjutnya yang disebut diwany jaliy. Sebagian besar bentuk hurufnya mirip dengan diwany biasa, hanya saja hiasannya lebih "ramai". Juga dibedakan dengan adanya mahkota mahkota di kepala kepala hurufnya. Penulisannya juga menggunakan pena berukuran lebih besar dan biasanya menggunakan 2 mata pena : pena besar untuk tulisan dan pena kecil untuk hiasan.

Diwani Jaly meskipun mengambil nama "diwani", ia harus dianggap sebagai jenis kaligrafi tersendiri karena bentuknya berbeda dengan diwani biasa. Hanya saja kebanyakan kaligrafer dan para peneliti, tidak menjadikan diwani jali sebagai jenis tersendiri karena dikembangkan oleh orang yang sama yang mengembangkan diwani biasa, antara lain Gazlan Bik. Berikut contoh  dan diwani jaliy :

Diwani Jali
Diwani Jali indah sekali karya Jalal Amin Solih berisi kutipan hadis :
"kalimatani khofifatani alal-lisan tsaqilatani fil mizan...dst".

Lihat contoh contoh lebih banyak di 25 contoh kaligrafi diwani jali


6.   Riq'ah

Riq'ah atau ruq'ah adalah tulisan yang sangat indah, tetapi sangat sederhana dan mudah dipelajari. Rata rata khattaat menguasai tulisan gaya ini. Hanya saja, karena watak tulisannya yang bisa ditorehkan dengan cepat, kaligrafi ini jarang benar benar diberikan roh sebagai sebuah karya seni.

Yang pertama meletakkan kaidah kaidahnya adalah Musytasyar Mumtaz Bik seorang pengajar kaligrafi Sultan Abdul Majid Khan seorang raja Dinasty Usmani pada tahun 1280 H. Kemudian kaidah kaidahnya disempurnakan oleh Muhammad Izzat At-Turky. Ciri khas riq'ah adalah tidak menggunakan harokat dan hiasan. Berikut ini contohnya :
Riq'ah
Riqáh Karya Abdurrahman Yusuf Hamid.
Berisi petikan hadis nabi tentang sayyidul istighfar.

--oo0oo--
Enam Ragam tulisan ini adalah jenis jenis Kaligrafi Islam yang merupakan yang paling populer sehingga disebut kaligrafi utama atau pilar utama kaligrafi. Pembagian kaligrafi menjadi 6 ini adalah yang dipegangi oleh banyak orang. Sebenarnya ada juga yang menambahkan 'kaligrafi ijazah' sebagai jenis ke 7, ada juga yang mengeluarkan "kaligrafi Farisi"  dari jenis kaligrafi utama karena dianggap bukan asli Arab.

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN KALIGRAFI

A.     Sejarah Munculnya Kaligrafi Arab
Ungkapan Kaligrafi berasal dari kata latin “Kalios” yang berarti indah, dan kata “graph” yang berarti tulisan atau aksara. Arti seutuhnya dari kaligrafi adalah ilmu yang memperkenalkan bentuk-bentuk huruf tunggal, letak-letaknya dan cara-cara penerapannya menjadi sebuah tulisan yang tersusun. Kaligrafi merupakan seni arsitektur rohani, yang dalam proses penciptaannya melalui alat jasmani. Kaligrafi atau khath, dilukiskan sebagai kecantikan rasa, penasehat pikiran, senjata pengetahuan, penyimpan rahasia dan berbagai masalah kehidupan.[1]
Ada beberapa teori tentang awal mula Sejarah munculnya kaligrafi, diantaranya sebagai berikut:
1.      Teori Taufiqi
Munculnya teori ini bersumber dari penafsiran terhadap sumber-sumber islam yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah. Teori ini mengungkapkan bahwa bahasa Arab adalah pemberian dari Allah SWT (Taufiqi) kepada Nabi Adam A.S dan Nabi-nabi lainnya.[2]
Menurut Muhamad Ibn Yahya As-Suli dalam kitabnya Adab al-Kitab, ia mengambil riwayat dari Ka’ab bin al-Akhbar, Ibnu Abbas dan Ibnu Faris bahwa yang mebuat tulisan Arab, Suryani dan jenis tulisan lainnya adalah Nabi Adam As. ia menulisnya diatas tanah dan memahatnya. Ketika bumi tenggelam karena banjir
Di dalam al-Quran, dalil yang digunakan adalah pada Q.S. al-Alaq ayat 1-5 dan Q.S. al-Qalam ayat 1. Di dalam kedua surat tersebut disebutkan  kata-kata  iqra (bacalah)  dan  al-qalam (pena),  yang menunjukkan bahwa kemampuan membaca dan menulis adalah pemberian dari Allah SWT.[3]
2.      Teori Selatan
Menurut teori ini, bahasa Arab bersumber dari masyarakat Himyar di wilayah Yaman, sebelah selatan Jazirah Arab. Bahasa ini berkembang seiring dengan luasnya wilayah negeri Saba dan Himyar. Namun tidak ada bukti fisik yang dijadikan rujukan, tetapi statemen para pelaku sejarah yang ditulis oleh para pakar Islam. Misalnya oleh al-Qalqasyandi: Dikatakan  di hadapan Abu Sufyan bin Umayyah, paman Abu Sufyan bin Harb, awal munculnya tulisan adalah dari Yaman.[4]
Ibnu Khaldun memperkuat pendapat teori ini dalam Muqaddimah, bahwa khat Arab yang pertama dikenal adalah khat Himyari dan kemudian tersebar ke Hirah, Tha’if dan Quraisy.[5]
3.      Teori Utara
Teori  ini  juga  menganggap bahwa tulisan  Arab bukan semata- mata  pemberian langsung dari Allah swt., tetapi  proses perkembangan yang dilakukan oleh manusia sendiri. Teori ini disebut juga dengan teori Hirah. Teori ini didukung oleh data-datfisik yang berupa batu ukiran dengan tulisan model Nabati.
Teori ini didasarkan atas riwayat Ibn Abbas bin Hisyam tentang cerita al-Balazari mengenai tiga orang dari kaum Thay’ di Baqqah, Maramir bin Murrah, Aslam bin Sadrah, dan’Amir bin Jadrah. Mereka mengukir huruf hijaiyah dengan model tulisan Suryani, Balok dan Latin.[6]
4.      Teori Baru
Teori ini banyak digunakan oleh kalangan peneliti. Menurut teori ini, tulisan Arab berasal dari al-Anbat (Nabatea). Mereka adalah masyarakat Arab yang berada dibawah pengaruh peradaban dan budaya Aramic. Dimana bahasa yang digunakan adalah perpaduan antara bahasa Arab dan bahasa Aram. Pusat pemerintahannya berada di Batrah. Oleh karena itu tulisannya disebut tulisan Aram.[7]
B.      Perkembangan Kaligrafi
1.      Pada Masa Pra Islam
Pada masa pra-Islam, pengembangan tulisan mulai dari model tulisan sederhana hingga sampai pada model simbolis. Berikut adalah masa perkembangannya:
        I.            Masa tulisan gambar
Pada masa ini, tulisan berupa gambar yang disadur dari alam dan memiliki  arti  sesuai dengan gambatersebut.  Misalnya: gambar batu, artinya memang batu. Tidak ada arti lain yang lebih luas atau berbeda dari gambarnya.
      II.            Masa tulisan simbol arti
Pada masa ini, tulisaadalah berupa gambar yang disadur dari alam, tetapi  gambar tersebut  memiliki arti yang lebih luas dan berbeda dari  gambar  semestinya.  Misalnya:  gambamatahari  sebagai  lambing siang  hari  atau  terang.  Akan  tetapi   gambar  tersebut  bukan  berupa lambang bunyi yang dijadikan sebagai alat komuniasi verbal.
2.      Masa Rasulullah SAW dan Khulafa’ al-Rasyidin.
Pada masa Rasulullah saw, masyarakat Arab sudah memiliki tulisan sendiri meskipun masih sangat sederhana, yakni dengan model Kufi klasik yang tidak memiliki penanda vokal (syakal) dan pembeda konsonan (jumlah dan posisi titik  pada  huruf yang sama).  Selain itu,  masih  belum di kenal penanda kalimat yang berupa titik, koma, ataupun hiasan tulisan.
3.      Pada Masa Periode Bani Umayyah
Pada Masa ini mulai muncul “Nuqthah” atau titik dalam huruf untuk membedakan satu huruf dengan yang lainnya. Dan “Syakal” atau baris untuk mempermudah pelafalan bunyi konsonan huruf.[9]
Pada masa ini telah muncul gaya-gaya penulisan khat diantaranya mudawwar (bundar), mutsallats (segitiga), dan ti’im (kembar). dari tiga gaya tersebut muncul berbagai variasi tulisan seperti mail (miring), Masyq (membesar), Naskh (inskriptif), dan Khufi. Dari beberapa variasi tersebut Naskh dan Khufi adalah model variasi yang paling banyak diminati dan berkembang menjadi menjadi model-model lain.
Diantara kaligrafer Bani Umayyah yang paling termashyur mengembangkan tulisan kursif adalah Qutbah al-Muharrir. Ia menemukan empat tulisan yaitu Thumar, Jalil, Nisf danTsuluts. Keempat tulisan ini saling melengkapi antara satu gaya dengan gaya lain sehingga menjadi lebih sempurna. Tulisan Thumar yang berciri tegak lurus ditulis dengan pena besar pada tumar-tumar (lembaran penuh, gulungan kulit atau kertas) yang tidak terpotong. Tulisan ini digunakan untuk komunikasi tertulis para khalifah kepada amir-amir dan penulisan dokumen resmi istana. Sedangkan tulisan Jalil yang berciri miring digunakan oleh masyarakat luas.
4.      Pada Masa Periode Bani Abbasiyyah
Gaya dan teknik menulis kaligrafi semakin berkembang terlebih pada periode ini semakin banyak kaligrafer yang lahir, diantaranya Ad-Dahhak ibn 'Ajlan yang hidup pada masa Khalifah Abu Abbas As-Shaffah (750-754 M) dan Ishaq ibn Muhammad pada masa Khalifah al-Manshur (754-775) dan al-Mahdi (775-786). Ishaq memberikan kontribusi yang besar bagi pengembangan tulisan Tsuluts dan Tsulutsain dan mempopulerkan pemakaiannya.
Adapun kaligrafer periode Bani Abbasiyah yang tercatat sebagai nama besar adalah Ibnu Muqlah. Ibnu Muqlah berjasa besar bagi pengembangan tulisan kursif karena penemuannya yang spektakuler tentang rumus-rumus geometrikal pada kaligrafi yang terdiri dari tiga unsur kesatuan baku dalam pembuatan huruf yang ia tawarkan yaitu: titik, huruf alif, dan lingkaran. Menurutnya setiap huruf harus dibuat berdasarkan ketentuan ini dan disebut al-Khat al-Mansub (tulisan yang berstandar). Ia juga mempelopori pemakaian enam macam tulisan pokok (al-Aqlam as-Sittah) yaitu Tsuluts, Naskhi, Muhaqqaq, Raihani, Riqa' dan Tauqi' . Tulisan Naskhi dan Tsuluts menjadi populer dipakai karena usaha Ibnu Muqlah yang akhirnya bisa menggeser dominasi khat Kufi.
Selain Ibnu Muqlah, Khalid bin Abi Hiyaj adalah salah satu kaligrafer yang terkenal pada masa ini. Ia berjasa dalam penulisan mushaf pada masa permulaaan.[10]
5.      Perkembangan Kaligrafi di Indonesia
Di Indonesia, kaligrafi merupakan bentuk seni budaya Islam yang pertama kali ditemukan, bahkan ia menandai masuknya Islam di Indonesia. Ungkapan rasa ini bukan tanpa alasan karena berdasarkan hasil penelitian tentang data arkeologi kaligrafi Islam yang dilakukan oleh Prof. Dr. Hasan Muarif Ambary, kaligrafi gaya kufi telah berkembang pada abad ke-11, datanya ditemukan pada batu nisan makam Fatimah binti Maimun di Gresik (wafat 495 H/ 1082 M) dan beberapa makam lainnya dari abad-abad ke-15. Bahkan diakui pula sejak kedatangannya ke Asia Tenggara dan Nusantara, disamping dipakai untuk penulisan batu nisan [ada makam-makam, huruf arab tersebut (baca: kaligrafi) memang juga banyak dipakai untuk tulisan-tulisan materi pelajaran, catatan pribadi, undang-undang, naskah perjanjian resmi dalam bahasa setempat, dalam mata uang logam, stempel, kepala surat dan sebagainya. Huruf Arab yang dipakai dalam bahasa setempat tersebut diistilahkan dengan huruf Arab Melayu, Arab Jawa atau Arab Pegon.
Pada abad XVIII-XX, kaligrafi beralih menjadi kegiatan kreasi seniman Indonesia yang diwujudkan dalam aneka media seperti kayu, kertas, logam, kaca dan media lainnya. Termasuk juga untuk penulisan mushaf-mushaf al-Qur'an tua dengan bahan kertas deluangdan kertas murni yang diimpor. Kebiasaan menulis al-Qur'an telah banyak dirintis oleh para ulama besar di pesantren-pesantren smenjak abad ke-16, meskipun tidak semua ulama dan santri yang piawai menulis kaligrafi dengan indah dan benar. Amat sulit mencari seorang khattat yang ditokohkan di penghujung abad ke-19 atau awal abad ke-20, karena tidak ada guru kaligrafi yang mumpuni dan tersedianya buku-buku pelajaran yang memuat kaidah penulisan kaligrafi. Buku pelajaran tentang kaligrafi pertama kali baru keluar sekitar 1961 karangan Muhammad Abdur Muhili berjudul "Tulisan Indah" serta karangan Drs. Abdul Karim Husein berjudul "Khat, Seni Kaligrafi: Tuntunan Menulis Halus Huruf Arab" tahun 1971.
Pada tahun 1985, KH. Didin Sirajuddin AR mendirikan LEMKA (Lembaga Kaligrafi dan Al-Qur’an). Lembaga ini pertama muncul di kawasan ciputat sekitar Universitas Islam Indonesia dan kini berpusat di kelurahan Kramat Kota Sukabumi.[11]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar